Pendeta itu tertawa bergelak dan Kun Hong tentu saja tidak tahu betapa hwesio ini dengan kedipan matanya memberi isyarat kepada orang-orang yang berada di situ. Kemudian bertanya, "Orang muda, biarpun matamu buta tapi hatimu melek. Tentu saja pinceng tidak mau memaksa kalau kau tidak menghendaki perkelahian. Akan tetapi kau datang di sini menimbulkan keributan, apa sih yang kau inginkan sekarang?"
"Maaf, Lo-suhu. Sama sekali saya tidak bermaksud mengadakan keributan. Semua yang dilontarkan kepada saya dan nona Hui Kauw ini adalah fitnah belaka. Tidak ada yang saya kehendaki kecuali agar orang tidak membunuh nona Hui Kauw, membiarkan saya mengobatinya sampai sembuh kemudian memberi kebebasan kepada saya dan nona Loan Ki untuk meninggalkan pulau ini dengan aman."
Kembali Ka Chong Hoatsu mengedipkan matanya kepada Ching-toanio dan yang lain-lain, kemudian dia tertawa lagi. "Omitohud, kiranya sahabat muda yang lihai pandai pula ilmu pengobatan. Nona itu kulihat amat berat luka-luka akibat pukulan, sanggupkah kau menyembuhkannya?"
"Jika Thian menghendaki, tentu dapat. Saya yang buta sedikit banyak tahu akan ilmu pengobatan."
"Hwesio tua, jangan kau pandang rendah kepadanya. Orang sakit apa pun juga asal belum mampus tentu dapat dia menyembuhkan. Dia adalah murid Toat-beng Yok-mo, masa tidak bisa mengobati?"
Ucapan Loan Ki ini membuat Kun Hong mengerutkan kening dan dia tidak tahu bahwa gadis nakal itu tentu pernah mendengar dia menyebut nama Toat-beng Yok-mo, kalau tidak salah ketika dia mengobati orang-orang Hui-houw-pang di mana gadis itu diam-diam sudah lama bersembunyi dan mengintai. Tidak hanya Kun Hong yang mengerutkan kening, bahkan semua orang di situ, terutama sekali Ka Chong Hoatsu, menjadi heran dan kaget sekali. Tentu saja semua orang pernah mendengar nama Toat-beng Yok-mo (Setan Obat Pencabut Nyawa), siapa orangnya belum pernah mendengar nama tabib iblis yang amat pandai mengobati, akan tetapi selalu membunuh orang yang telah diobatinya sampai sembuh itu (baca Raja Pedang dan Rajawali Emas)? Seketika pandangan mereka terhadap Kun Hong berubah, karena boleh dibilang Toat-beng Yok-mo adalah orang "segolongan" dengan mereka.
"Omitohud! Betulkah kau murid Yok-mo, orang muda?" Ka Chong Hoatsu akhirnya bertanya. Kun Hong adalah seorang yang jujur dan tak suka membohong, maka dengan suara biasa dia menjawab, "Diangkat murid sih tidak, akan tetapi mendiang Yok-mo pernah memberi ijin kepadaku untuk membaca kitab-kitabnya tentang pengobatan, entah hal ini boleh dianggap saya sebagai muridnya ataukah tidak terserah."
"Oho!" Ka Chong Hoatsu kembali memberi isyarat kepada yang lain, maju ke depan dan menyentuh pundak Kun Hong. "Kiranya kau masih orang sendiri! Kwa-sicu, kalau begitu tidak ada urusan lagi di antara kita dan soal pertempuran tadi kita anggap saja sebagai kunci perkenalan. Ching-toanio, pinceng harap kau sudi menghabiskan urusan dan biarlah diberi tempat untuk Kwa-sicu mengobati puterimu."
Kun Hong menjadi melengak ketika urusan berbalik secara demikian. Semua orang, termasuk Hui Siang gadis yang galak itu, mengucapkan maaf kepadanya, juga Bouw Si Ma, Pangeran Souw Bu Lai, dan Ching-toanio. Malah terdengar suara Ngo Kui Ciau, orang pertama dari Ang Hwa Sam-cimoi yang bersuara kecil melengking, "Pantas saja lihai, kiranya murid si tua bangka Yok-mo. Hi-hik, tak perlu ribut ribut, biar buta amat tampan dan gagah, lagi lihai dan murid Yok-mo. Toa-nio, kurasa pantas dia menjadi mantumu, hi-hik!" Mendongkol sekali Kun Hong, akan tetapi juga wajahnya berubah merah tanpa dapat dia cegah, karena mendengar ucapan seperti itu, entah mengapa, jantungnya berdebar tidak karuan. Dia tidak banyak bicara dan menurut saja ketika dia diajak ke dalam bangunan itu yang untuk sementara diserahkan kepadanya sebagai tempat mengobati Hui Kauw.
"Tidak lama...... tidak lama......." katanya gugup. "Sebentar saja kupulihkan kedudukan urat-uratnya, kusambung tulangnya dan kubersihkan hawa beracun yang menyerangnya. Besok ia sudah pulih kembali, hanya tinggal memperkuat pertumbuhan tulang yang disambung. Aku tidak bisa lama-lama tinggal di sini dan akan segera keluar dari pulau bersama nona Loan Ki." Dia merasa heran sekali mengapa Loan Ki diam saja, tidak ada suaranya sama sekali. Dia tidak melihat betapa nona ini biarpun berada pula di situ, mukanya murung dan cemberut terus. Pangeran Souw Bu Lai yang beberapa kali berusaha memikatnya dengan omongan-omongan manis, tidak diacuhkan sama sekali. Akhirnya pangeran itu bosan sendiri dan nampak mendekati Hui Siang, bercakap-cakap gembira dan disambut manis oleh nona cantik jelita yang galak itu.
Orang-orang menjadi kagum menyaksikan cara Kun Hong mengobati Hui Kauw. Dengan tusukan-tusukan jarum perak dia dapat memulihkan kesehatan nona ini, mengusir ke luar hawa beracun akibat pukulan-pukulan Ching-toanio yang ampuh. Kemudian dia minta semua orang laki-laki keluar dari kamar karena dia hendak mulai menyambung tulang, dan untuk keperluan ini terpaksa baju nona Hui Kauw harus dibuka. Hanya Ching-toanio, Loan Ki, Ang Hwa Sam-cimoi, Hui Siang dan tiga orang pelayan wanita yang masih berada di kamar. Biarpun maklum di situ terdapat banyak orang pula yang menyaksikan, tangan Kun Hong sedikit gemetar juga ketika. dia meraba kulit dada dan punggung yang halus pada waktu dia menyambung tulang iga yang patah!
Setengah hari dia bekerja keras dan akhirnya dia selesai, lalu duduk bersila dan menempelkan kedua tangannya ke pundak Hui Kauw dekat leher untuk menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh nona itu dan membantunya sekuat tenaga. Sejam dia melakukan ini dan mulailah pernapasan nona itu normal kembali dan mukanya menjadi merah sehat. Pada saat itu Ching-toanio memberi isyarat kepada semua orang untuk meninggalkan kamar itu. Loan Ki tadinya hendak tinggal di situ, akan tetapi Ching-toanio berkata lirih,"Nona Tan, setelah sekarang kita menjadi sahabat, perlu kita bicara tentang urusan yang juga menyangkut ayahmu. Marilah, biar Kwa-sicu mengaso, kulihat Hui Kauw sudah sembuh kembali."
"Maaf, Lo-suhu. Sama sekali saya tidak bermaksud mengadakan keributan. Semua yang dilontarkan kepada saya dan nona Hui Kauw ini adalah fitnah belaka. Tidak ada yang saya kehendaki kecuali agar orang tidak membunuh nona Hui Kauw, membiarkan saya mengobatinya sampai sembuh kemudian memberi kebebasan kepada saya dan nona Loan Ki untuk meninggalkan pulau ini dengan aman."
Kembali Ka Chong Hoatsu mengedipkan matanya kepada Ching-toanio dan yang lain-lain, kemudian dia tertawa lagi. "Omitohud, kiranya sahabat muda yang lihai pandai pula ilmu pengobatan. Nona itu kulihat amat berat luka-luka akibat pukulan, sanggupkah kau menyembuhkannya?"
"Jika Thian menghendaki, tentu dapat. Saya yang buta sedikit banyak tahu akan ilmu pengobatan."
"Hwesio tua, jangan kau pandang rendah kepadanya. Orang sakit apa pun juga asal belum mampus tentu dapat dia menyembuhkan. Dia adalah murid Toat-beng Yok-mo, masa tidak bisa mengobati?"
Ucapan Loan Ki ini membuat Kun Hong mengerutkan kening dan dia tidak tahu bahwa gadis nakal itu tentu pernah mendengar dia menyebut nama Toat-beng Yok-mo, kalau tidak salah ketika dia mengobati orang-orang Hui-houw-pang di mana gadis itu diam-diam sudah lama bersembunyi dan mengintai. Tidak hanya Kun Hong yang mengerutkan kening, bahkan semua orang di situ, terutama sekali Ka Chong Hoatsu, menjadi heran dan kaget sekali. Tentu saja semua orang pernah mendengar nama Toat-beng Yok-mo (Setan Obat Pencabut Nyawa), siapa orangnya belum pernah mendengar nama tabib iblis yang amat pandai mengobati, akan tetapi selalu membunuh orang yang telah diobatinya sampai sembuh itu (baca Raja Pedang dan Rajawali Emas)? Seketika pandangan mereka terhadap Kun Hong berubah, karena boleh dibilang Toat-beng Yok-mo adalah orang "segolongan" dengan mereka.
"Omitohud! Betulkah kau murid Yok-mo, orang muda?" Ka Chong Hoatsu akhirnya bertanya. Kun Hong adalah seorang yang jujur dan tak suka membohong, maka dengan suara biasa dia menjawab, "Diangkat murid sih tidak, akan tetapi mendiang Yok-mo pernah memberi ijin kepadaku untuk membaca kitab-kitabnya tentang pengobatan, entah hal ini boleh dianggap saya sebagai muridnya ataukah tidak terserah."
"Oho!" Ka Chong Hoatsu kembali memberi isyarat kepada yang lain, maju ke depan dan menyentuh pundak Kun Hong. "Kiranya kau masih orang sendiri! Kwa-sicu, kalau begitu tidak ada urusan lagi di antara kita dan soal pertempuran tadi kita anggap saja sebagai kunci perkenalan. Ching-toanio, pinceng harap kau sudi menghabiskan urusan dan biarlah diberi tempat untuk Kwa-sicu mengobati puterimu."
Kun Hong menjadi melengak ketika urusan berbalik secara demikian. Semua orang, termasuk Hui Siang gadis yang galak itu, mengucapkan maaf kepadanya, juga Bouw Si Ma, Pangeran Souw Bu Lai, dan Ching-toanio. Malah terdengar suara Ngo Kui Ciau, orang pertama dari Ang Hwa Sam-cimoi yang bersuara kecil melengking, "Pantas saja lihai, kiranya murid si tua bangka Yok-mo. Hi-hik, tak perlu ribut ribut, biar buta amat tampan dan gagah, lagi lihai dan murid Yok-mo. Toa-nio, kurasa pantas dia menjadi mantumu, hi-hik!" Mendongkol sekali Kun Hong, akan tetapi juga wajahnya berubah merah tanpa dapat dia cegah, karena mendengar ucapan seperti itu, entah mengapa, jantungnya berdebar tidak karuan. Dia tidak banyak bicara dan menurut saja ketika dia diajak ke dalam bangunan itu yang untuk sementara diserahkan kepadanya sebagai tempat mengobati Hui Kauw.
"Tidak lama...... tidak lama......." katanya gugup. "Sebentar saja kupulihkan kedudukan urat-uratnya, kusambung tulangnya dan kubersihkan hawa beracun yang menyerangnya. Besok ia sudah pulih kembali, hanya tinggal memperkuat pertumbuhan tulang yang disambung. Aku tidak bisa lama-lama tinggal di sini dan akan segera keluar dari pulau bersama nona Loan Ki." Dia merasa heran sekali mengapa Loan Ki diam saja, tidak ada suaranya sama sekali. Dia tidak melihat betapa nona ini biarpun berada pula di situ, mukanya murung dan cemberut terus. Pangeran Souw Bu Lai yang beberapa kali berusaha memikatnya dengan omongan-omongan manis, tidak diacuhkan sama sekali. Akhirnya pangeran itu bosan sendiri dan nampak mendekati Hui Siang, bercakap-cakap gembira dan disambut manis oleh nona cantik jelita yang galak itu.
Orang-orang menjadi kagum menyaksikan cara Kun Hong mengobati Hui Kauw. Dengan tusukan-tusukan jarum perak dia dapat memulihkan kesehatan nona ini, mengusir ke luar hawa beracun akibat pukulan-pukulan Ching-toanio yang ampuh. Kemudian dia minta semua orang laki-laki keluar dari kamar karena dia hendak mulai menyambung tulang, dan untuk keperluan ini terpaksa baju nona Hui Kauw harus dibuka. Hanya Ching-toanio, Loan Ki, Ang Hwa Sam-cimoi, Hui Siang dan tiga orang pelayan wanita yang masih berada di kamar. Biarpun maklum di situ terdapat banyak orang pula yang menyaksikan, tangan Kun Hong sedikit gemetar juga ketika. dia meraba kulit dada dan punggung yang halus pada waktu dia menyambung tulang iga yang patah!
Setengah hari dia bekerja keras dan akhirnya dia selesai, lalu duduk bersila dan menempelkan kedua tangannya ke pundak Hui Kauw dekat leher untuk menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh nona itu dan membantunya sekuat tenaga. Sejam dia melakukan ini dan mulailah pernapasan nona itu normal kembali dan mukanya menjadi merah sehat. Pada saat itu Ching-toanio memberi isyarat kepada semua orang untuk meninggalkan kamar itu. Loan Ki tadinya hendak tinggal di situ, akan tetapi Ching-toanio berkata lirih,"Nona Tan, setelah sekarang kita menjadi sahabat, perlu kita bicara tentang urusan yang juga menyangkut ayahmu. Marilah, biar Kwa-sicu mengaso, kulihat Hui Kauw sudah sembuh kembali."
Comments