Tempat itu kini penuh dengan para anggauta Ang-hwa-pai dan semua orang memandang Siu Bi penuh perhatian. Mereka bersikap hormat ketika ketua mereka muncul. Si rambut putih dan si brewok juga segera berlututniemberi hormat, lalu berdiri lagi. Pandang mata Ouwyang Lam unfuk sejenak menjelajahi Siu Bi dari rambut sampai ke kaki, kemudian menoleh ke-pada si rambut putih. Adapun Ang-hwa Nio-nio segera menegur. "Betulkah seperti yang kudengar bah-wa bocah ini telah membunuh A Bian? Mengapa kalian tidak segera membunuhnya dan perlu apa dibawa-bawa ke sini?" "Maaf, kami sengaja menangkap dan tnembawanya ke sini agar mendapat pu-tusan sendiri tentang hukumannya dari Paicu dan Kongcu," kata si rambut putih dengan nada suara menjilat. "Pula, bagai-mana kami dapat membuktikan tentang kematian A Bian kalau pembunuhnya Udak kami seret ke sini?" "Hemmm, bocah yang berani mem-bunuh seorang pembantuku, apalagi hu-kumannya selain mampus? Biar aku sen-diri membunuhnya!...
Ebook di dalam web ini di ambil dari berbagai sumber di internet, untuk menambah pengetahuan tentang komputer dan pemrograman komputer dan memberikan hiburan di waktu senggang dengan membaca cerita silat dan melestarikan cerita-cerita silat indonesia