Skip to main content

Posts

Showing posts from January 15, 2010

Raja Pedang 29 (Kho Ping Hoo)

Karena perutnya memang lapar sekali, Beng San tanpa malu-malu lagi lalu makan hidangan itu dengan lahapnya. Setelah berada di tengah-tengah mereka ini, orang-orang gagah Pek-lian-pai, dia merasa aman dan tidak takut akan an-caman Song-bun-kwi. Akan tetapi setelah mengambil paku-paku Pek-lian-pai dari tempat itu, para anggauta Pek-lian-pai itu seorang demi seorang pergi dari tem-pat itu seperti setan-setan saja. Gerakan mereka cepat dan tidak mengeluarkan suara sehingga rombongan seperti ini dalam pertempuran dapat melayani mu-suh yang jauh lebih banyak jumlahnya. Kini hanya tinggal pemimpin pasukan yang tadi bicara dengan Beng San, yang masih duduk menghadapi anak itu. "Ke mana perginya teman-teman tadi?" Beng San bertanya sehabis makan, karena kesunyian tempat itu betul-betul menyeramkan, apalagi setelah keadaan menjadi makin gelap. "Ah, sudah menjadi kebiasaan klta tidak berkelompok, selalu siap untuk menggempur musuh, pasukan-pasukan Mongol yang lewat dekat daerah

Raja Pedang 28 (Kho Ping Hoo)

"Eh, eh, malam-malam kau hendak mengajakku ke manakah?" Beng San ter-heran dan menolak. Kembali Bi Goat menuding-nuding kebelakangnya dan pada saat itu terdengar suara melengking tinggi seperti orang menangis dari jauh. Seketika pucat muka Beng San. Celaka, kiranya Song-bun-kwi berada dekat situ. Kiranya Bi Goat ini tadi memberi isyarat bahwa Song-bun-kwi berada dekat dan menyuruh dia pergi bersembunyi. Tentu gadis cilik ini tadi hendak menyatakan bahwa karena auman harimau tadi, Song-bun-kwi akan me-nyusul ke situ dan Beng San akan celaka. Sebelum Beng San meyakinkan dugaannya, Bi Goat sudah menarik tangannya diajak lari cepat sekali ke arah utara. "Betul, ke utara. Tiga puluh li dari sini ada kelenteng besar, kita bisa sembunyi di sana," katanya sambil ikut berlari cepat. Akan tetapi tiba-tiba Bi Goat menyeretnya meloncat ke dalam..... sungai'. Gadis cilik itu tentu saja sudah hafal akan gerak-gerik ayahnya yang luar biasa, ia gagu tapi cerdik sekali. Sete

Raja Pedang 27 (Kho Ping Hoo)

"Kacung busuk! Mau apa kau berteriak-teriak? Hayo kembali ke tempat kerjamu'" Dua orang jago cilik ini lalu memukuli Beng San, diturut oleh beberapa oranjg tosu yang juga tidak suka kepada Beng San. Terjadi keanehan ketika dua orang anak dan beberapa orang tosu ini memukul Beng San. Kui Lok dan Thio Ki menjerit kesakitan dan tangan kanan mereka patah tulangnya ketika memukul tubuh Beng San. Para tosu yang rne-mukulnya kurang keras, juga berjingkrak kesakitan karena tangan mereka telah fnenjadi merah seperti terbakar, dan bengkak-bengkak! Tanpa mempedulikan niereka ini, Beng San langsung berjalan meiiuju ke gelang-gang pertempuran. Dua orang saudara Bun itu sudah roboh mandi darah dan Beng San menubruk roereka sambil berseru. "Mereka tidak bersalah..... ah, per-tumpahan darah terjadi hanya karena fitnah! Alangkah bodohnya, bermata seperti buta" Dengan sedih Beng San mengusapi darah yang mengucur keluar dari dada Bun Si Teng dan Bun Si Liong. "Dua orang pe

Raja Pedang 26 (Kho Ping Hoo)

Kwee Sin benar-benar merasa bingung. Bagaimana dia harus menjawab? Tak dapat disangkal lagi bahwa dahulu dia tefah berpelesir di Telaga Pok-yang ber-sama Coa Kim Li! Dan tentu pada saat itu, celaka sekali baginya, ayah Liem Sian Hwa melihat dia bersama Coa Kim Li dan pulang sambil rr.arah-marah.Ba-i gaimana dia harus menjawab? Untuk berterus terang mengaku bahwa dia ber-pelesir bersama seorang wanita muda cantik, tentu saja dia amat malu. Akan - tetapi juga bukan wataknya untuk membohong. Oleh karena berada dalam keadaan yang terjepit inilah Kwee Sin tak dapat menjawab, hanya menunduk dengan bingung dan malu.   "Kwee Sin, bagaimana jawabmu? Ke-napa kau diam saja?" Kwa Tin Siong bertanya dengan nada mengejek. "Kwee-sute jawablah, jangan diam saja!" Bun Si Teng juga menegur sutenya mendongkol melihat sikap Kwa Tin Siong. Setelah berulang kali menarik napas panjang, baru Kwee Sin bisa menjawab tanpa mengangkat mukanya, "Memang betul aku berada di Telaga Pok-y