"Wahai kasih, aku di sini ..............! Menyongsong sinarmu yang hangat....." Kata-kata dalam nyanyian Kun Hong selalu berbeda, disesuaikan dengan keadaan dan perasaannya di saat itu, namun selalu didahului dan diakhiri dengan kata-kata "wahai kasih, aku di sini............!" Hal ini adalah karena dalam setiap nyanyiannya, pikirannya selalu melayang dan terkenang kepada Cui Bi, kekasihnya yang telah tiada. Baginya, sinar matahari, kicau burung, desir angin, dendang air sungai, harum bunga dan rumput, semua itu adalah pengganti diri Ciu Bi baginya! Sebetulnya pada saat itu dia merasa lapar sekali, akan tetapi setelah berjalan setengah hari lebih belum juga dia bertemu orang atau dusun, maka terpaksa dia menahan lapar dan bernyanyi-nyanyi. "Wahai kasih aku di sini.............! Dalam perjalanan nan sunyi...................." Tiba-tiba Kun Hong miringkan kepalanya seperti tak disengaja, akan tetapi sebetulnya dia mengelak sambaran sebuah benda yang menyamba...
Ebook di dalam web ini di ambil dari berbagai sumber di internet, untuk menambah pengetahuan tentang komputer dan pemrograman komputer dan memberikan hiburan di waktu senggang dengan membaca cerita silat dan melestarikan cerita-cerita silat indonesia