Skip to main content

Pendekar Buta 7 -> karya : kho ping hoo

Pendeta itu tertawa bergelak dan Kun Hong tentu saja tidak tahu betapa hwesio ini dengan kedipan matanya memberi isyarat kepada orang-orang yang berada di situ. Kemudian bertanya, "Orang muda, biarpun matamu buta tapi hatimu melek. Tentu saja pinceng tidak mau memaksa kalau kau tidak menghendaki perkelahian. Akan tetapi kau datang di sini menimbulkan keributan, apa sih yang kau inginkan sekarang?"

"Maaf, Lo-suhu. Sama sekali saya tidak bermaksud mengadakan keributan. Semua yang dilontarkan kepada saya dan nona Hui Kauw ini adalah fitnah belaka. Tidak ada yang saya kehendaki kecuali agar orang tidak membunuh nona Hui Kauw, membiarkan saya mengobatinya sampai sembuh kemudian memberi kebebasan kepada saya dan nona Loan Ki untuk meninggalkan pulau ini dengan aman."

Kembali Ka Chong Hoatsu mengedipkan matanya kepada Ching-toanio dan yang lain-lain, kemudian dia tertawa lagi. "Omitohud, kiranya sahabat muda yang lihai pandai pula ilmu pengobatan. Nona itu kulihat amat berat luka-luka akibat pukulan, sanggupkah kau menyembuhkannya?"

"Jika Thian menghendaki, tentu dapat. Saya yang buta sedikit banyak tahu akan ilmu pengobatan."

"Hwesio tua, jangan kau pandang rendah kepadanya. Orang sakit apa pun juga asal belum mampus tentu dapat dia menyembuhkan. Dia adalah murid Toat-beng Yok-mo, masa tidak bisa mengobati?"

Ucapan Loan Ki ini membuat Kun Hong mengerutkan kening dan dia tidak tahu bahwa gadis nakal itu tentu pernah mendengar dia menyebut nama Toat-beng Yok-mo, kalau tidak salah ketika dia mengobati orang-orang Hui-houw-pang di mana gadis itu diam-diam sudah lama bersembunyi dan mengintai. Tidak hanya Kun Hong yang mengerutkan kening, bahkan semua orang di situ, terutama sekali Ka Chong Hoatsu, menjadi heran dan kaget sekali. Tentu saja semua orang pernah mendengar nama Toat-beng Yok-mo (Setan Obat Pencabut Nyawa), siapa orangnya belum pernah mendengar nama tabib iblis yang amat pandai mengobati, akan tetapi selalu membunuh orang yang telah diobatinya sampai sembuh itu (baca Raja Pedang dan Rajawali Emas)? Seketika pandangan mereka terhadap Kun Hong berubah, karena boleh dibilang Toat-beng Yok-mo adalah orang "segolongan" dengan mereka.

"Omitohud! Betulkah kau murid Yok-mo, orang muda?" Ka Chong Hoatsu akhirnya bertanya. Kun Hong adalah seorang yang jujur dan tak suka membohong, maka dengan suara biasa dia menjawab, "Diangkat murid sih tidak, akan tetapi mendiang Yok-mo pernah memberi ijin kepadaku untuk membaca kitab-kitabnya tentang pengobatan, entah hal ini boleh dianggap saya sebagai muridnya ataukah tidak terserah."

"Oho!" Ka Chong Hoatsu kembali memberi isyarat kepada yang lain, maju ke depan dan menyentuh pundak Kun Hong. "Kiranya kau masih orang sendiri! Kwa-sicu, kalau begitu tidak ada urusan lagi di antara kita dan soal pertempuran tadi kita anggap saja sebagai kunci perkenalan. Ching-toanio, pinceng harap kau sudi menghabiskan urusan dan biarlah diberi tempat untuk Kwa-sicu mengobati puterimu."

Kun Hong menjadi melengak ketika urusan berbalik secara demikian. Semua orang, termasuk Hui Siang gadis yang galak itu, mengucapkan maaf kepadanya, juga Bouw Si Ma, Pangeran Souw Bu Lai, dan Ching-toanio. Malah terdengar suara Ngo Kui Ciau, orang pertama dari Ang Hwa Sam-cimoi yang bersuara kecil melengking, "Pantas saja lihai, kiranya murid si tua bangka Yok-mo. Hi-hik, tak perlu ribut ribut, biar buta amat tampan dan gagah, lagi lihai dan murid Yok-mo. Toa-nio, kurasa pantas dia menjadi mantumu, hi-hik!" Mendongkol sekali Kun Hong, akan tetapi juga wajahnya berubah merah tanpa dapat dia cegah, karena mendengar ucapan seperti itu, entah mengapa, jantungnya berdebar tidak karuan. Dia tidak banyak bicara dan menurut saja ketika dia diajak ke dalam bangunan itu yang untuk sementara diserahkan kepadanya sebagai tempat mengobati Hui Kauw.

"Tidak lama...... tidak lama......." katanya gugup. "Sebentar saja kupulihkan kedudukan urat-uratnya, kusambung tulangnya dan kubersihkan hawa beracun yang menyerangnya. Besok ia sudah pulih kembali, hanya tinggal memperkuat pertumbuhan tulang yang disambung. Aku tidak bisa lama-lama tinggal di sini dan akan segera keluar dari pulau bersama nona Loan Ki." Dia merasa heran sekali mengapa Loan Ki diam saja, tidak ada suaranya sama sekali. Dia tidak melihat betapa nona ini biarpun berada pula di situ, mukanya murung dan cemberut terus. Pangeran Souw Bu Lai yang beberapa kali berusaha memikatnya dengan omongan-omongan manis, tidak diacuhkan sama sekali. Akhirnya pangeran itu bosan sendiri dan nampak mendekati Hui Siang, bercakap-cakap gembira dan disambut manis oleh nona cantik jelita yang galak itu.

Orang-orang menjadi kagum menyaksikan cara Kun Hong mengobati Hui Kauw. Dengan tusukan-tusukan jarum perak dia dapat memulihkan kesehatan nona ini, mengusir ke luar hawa beracun akibat pukulan-pukulan Ching-toanio yang ampuh. Kemudian dia minta semua orang laki-laki keluar dari kamar karena dia hendak mulai menyambung tulang, dan untuk keperluan ini terpaksa baju nona Hui Kauw harus dibuka. Hanya Ching-toanio, Loan Ki, Ang Hwa Sam-cimoi, Hui Siang dan tiga orang pelayan wanita yang masih berada di kamar. Biarpun maklum di situ terdapat banyak orang pula yang menyaksikan, tangan Kun Hong sedikit gemetar juga ketika. dia meraba kulit dada dan punggung yang halus pada waktu dia menyambung tulang iga yang patah!

Setengah hari dia bekerja keras dan akhirnya dia selesai, lalu duduk bersila dan menempelkan kedua tangannya ke pundak Hui Kauw dekat leher untuk menyalurkan hawa murni ke dalam tubuh nona itu dan membantunya sekuat tenaga. Sejam dia melakukan ini dan mulailah pernapasan nona itu normal kembali dan mukanya menjadi merah sehat. Pada saat itu Ching-toanio memberi isyarat kepada semua orang untuk meninggalkan kamar itu. Loan Ki tadinya hendak tinggal di situ, akan tetapi Ching-toanio berkata lirih,"Nona Tan, setelah sekarang kita menjadi sahabat, perlu kita bicara tentang urusan yang juga menyangkut ayahmu. Marilah, biar Kwa-sicu mengaso, kulihat Hui Kauw sudah sembuh kembali."

Comments

Anonymous said…
Pleaaase soft copy nya sampe tamat kalo ada di sent ke thio.sinchan@gmail.com. thx berat. 0818 0853 6706

Popular posts from this blog

Cerita Silat Indonesia Download

Silahkan download Cerita Halaman ke 1 Serial Putri Hatum dan Kaisar Putri Harum dan Kaisar Jilid 1 Putri Harum dan Kaisar Jilid 2 dan 3 Putri Harum dan Kaisar Jilid 4 dan 5 Putri Harum dan Kaisar Jilid 6 dan 7 Putri Harum dan Kaisar Jilid 8 dan 9 Putri Harum dan Kaisar Jilid 10 dan 11 Putri Harum dan Kaisar Jilid 12 dan 13 Putri Harum dan Kaisar Jilid 14 dan 15 Putri Harum dan Kaisar Jilid 16 dan 17 Putri Harum dan Kaisar Jilid 18 dan 19 Putri Harum dan Kaisar Jilid 20 dan 21 Putri Harum dan Kaisar Jilid 22 dan 23 Putri Harum dan Kaisar Jilid 24 dan 25 Putri Harum dan Kaisar Jilid 26 dan 27 Putri Harum dan Kaisar Jilid 28 dan 29 Putri Harum dan Kaisar Jilid 30 dan 31 Putri Harum dan Kaisar Jilid 32 dan 33 Putri Harum dan Kaisar Jilid 34 dan 35 Putri Harum dan Kaisar Jilid 36 dan 37 Serial Pedang Kayu Harum Lengkap PedangKayuHarum.txt PKH02-Petualang_Asmara.pdf PKH03-DewiMaut.pdf PKH04-PendekarLembahNaga.pdf PKH05-PendekarSadis.pdf PKH06-HartaKarunJenghisKhan.pdf PKH07-SilumanGoaTengkor

Pendekar Buta 3 -> karya : kho ping hoo

Pada saat rombongan lima belas orang anggauta Kui-houw-pang itu lari mengejarnya, Kun Hong tengah berjalan perlahan-lahan menuruni puncak sambil berdendang dengan sajak ciptaannya sendiri yang memuji-muji tentang keindahan alam, tentang burung-burung, bunga, kupu-kupu dan anak sungai. Tiba-tiba dia miringkan kepala tanpa menghentikan nyanyiannya. Telinganya yang kini menggantikan pekerjaan kedua matanya dalam banyak hal, telah dapat menangkap derap kaki orang-orang yang mengejarnya dari belakang. Karena penggunaan telinga sebagai pengganti mata inilah yang menyebabkan dia mempunyai kebiasaan agak memiringkan kepalanya kalau telinganya memperhatikan sesuatu. Dia terus berjalan, terus menyanyi tanpa menghiraukan orang-orang yang makin mendekat dari belakang itu. "Hee, tuan muda yang buta, berhenti dulu!" Hek-twa-to berteriak, kini dia menggunakan sebutan tuan muda, tidak berani lagi memaki-maki karena dia amat berterima kasih kepada pemuda buta ini. Kun Hong menghentikan langka

Jaka Lola 21 -> karya : kho ping hoo

Sementara itu, Ouwyang Lam dan Siu Bi tertawa-tawa di pulau setelah berhasil nnelernparkan kedua orang tosu ke dalam air. "Jangan ganggu, biarkan mereka pergi!" teriak Ouwyang Lam kepada para anggauta Ang-hwa-pai sehingga beberapa orang yang tadinya sudah berinaksud melepas anak panah,terpaksa membatal-kan niatnya.. Siu Bi juga merasa gembira. Ia Sudah membuktikan bahwa ia suka membantu Ang-hwa-pai dan sikap Ouwyang Lam benar-benar menarik hatinya. Pemuda ini sudah pula membuktikan kelihaiannya, maka tentu dapat menjadi teman yang baik dan berguna dalam mepghadapi mu-suh besarnya. "Adik Siu Bi, bagarmana kalau kita berperahu mengelilingi pulauku yang in-dah ini? Akan kuperlihatkan kepadamu keindahan pulau dipandang dari telaga, dan ada taman-taman air di sebelah selatan sana. Mari!" Siu Bi mengangguk dan mengikuti Ouwyang Lam yang berlari-larian meng-hampiri sebuah perahu kecil yang berada di sebelah kiri, diikat pada sebatang pohon. Bagaikan dua orang anak-anak sed