Skip to main content

Jaka Lola 21 -> karya : kho ping hoo

Sementara itu, Ouwyang Lam dan Siu Bi tertawa-tawa di pulau setelah berhasil nnelernparkan kedua orang tosu ke dalam air. "Jangan ganggu, biarkan mereka pergi!" teriak Ouwyang Lam kepada para anggauta Ang-hwa-pai sehingga beberapa orang yang tadinya sudah berinaksud melepas anak panah,terpaksa membatal-kan niatnya.. Siu Bi juga merasa gembira. Ia Sudah membuktikan bahwa ia suka membantu Ang-hwa-pai dan sikap Ouwyang Lam benar-benar menarik hatinya. Pemuda ini sudah pula membuktikan kelihaiannya, maka tentu dapat menjadi teman yang baik dan berguna dalam mepghadapi mu-suh besarnya. "Adik Siu Bi, bagarmana kalau kita berperahu mengelilingi pulauku yang in-dah ini? Akan kuperlihatkan kepadamu keindahan pulau dipandang dari telaga, dan ada taman-taman air di sebelah selatan sana. Mari!" Siu Bi mengangguk dan mengikuti Ouwyang Lam yang berlari-larian meng-hampiri sebuah perahu kecil yang berada di sebelah kiri, diikat pada sebatang pohon. Bagaikan dua orang anak-anak sedang bermain-main, mereka dengan gembira melepaskan perahu dan naik ke dalam perahu kecil ini. Ouwyang -iam mengambil dua buah dayung, lalu kedlua-nya mendayung perahu itu ke terigah, diikuti pandang mata penuh maklum oleh para anak buah Ang-hwa-pai. "Wah, kongcu mendapatkan seorang kekasih baru," kata seorang anggauta yang kurus kering tubuhnya, jelas dalam suaranya bahwa dia mengiri. "Hemmm, tapi yang satu ini sungguh tak boleh dibuat main-main. Ilmu kepan-daiannya hebat. Saingan berat bagi paicu..,.." kata temannya yang gendut. "Sssttttt..... apa kau bosan hidup?" i cela si kurus sambil pergi ketakutan. Ouwyang Lam dan Siu Bi tertawa-tawa gembira ketika mendayung perahu sekuat tenaga sehingga perahu itu me-luncur seperti anak panah cepatnya. Pe-muda itu menerangkan keadaan pulau dan Siu Bi beberapa kali berseru kagum. Memang bagus pulau ini biarpun tidak berapa besar namun mempunyai bagian-bagian yang menarik. Ada bagian yang penuh bukit karang, ada bagian yang nnerupakan taman bunga amat indahnya. "Lihat, di sana itu adalah pusat ular-ular hijau. Tidak ada musuh yang berani menyerbu Ching-coa-to, karena sekali karni melepaskan ular-ular itu, mereka akan menghadapi barisan ular yang lebih hebat daripada barisan manusia bersenjata." Siu Bi bergidik. la melihat banyak sekali ular-ular besar kecil berwarna hi-jau, keluar masuk di lubang-lubang batu karang. "Apakah binatang-binatang itu tidak berkeliaran di seluruh pulau dan membahayakan kalian sendiri?" tanyanya. Ouwyang Lam tersenyum. "Kami mempunyai minyak bunga yang ditakuti ular-ular hijau itu. Sekeliling daerah batu karang telah kami sirami minyak dan para penjaga selalu siap menyiram roi-nyak baru jika yang lama sudah hilang pengaruhnya. Dengan pagar minyak itu, ular hijau tidak berani berkeliaran." "Tapi..... apa perlunya memelihara ular sebanyak itu?" "Sebetulnya tenaga mereka tidak te-rapa kami butuhkan. Hanya racunnya...... racun mereka karni anibil dan Nio-nio artiat pandai membuat obat dan senjata dari racun-racun itu." "Ahhh..... hebat kalau begitu'" Siu Bi berseru kagum. Perahu digerakkan lagi. "Lihat, di sana itu adalah taman bunga kami. Bukan main senangnya beris-tirahat di sana, hav'anya nyaman, baunya , harum dan keadae di situ benar-benar menenteramkan perasaan orang." "Aduh, bagusnya..... mari kita men-darat ke sana..... wah, indahnya seruni-seruni di ujung sana rtu. Beraneka warna dan sedang mekar.....!" Ouwyang Lam melirik dengah hati gembira ke arah nona cantik di sebelah-nya ini. Alangkah akan bahagianya kalau tiba saatnya dia dapat bersenang-senang dengan gadis ini di taman, sebagai ke-kasihnya! "Nanti, Moi-moi, kita keliling dulu dengan perahu. Karena kau menjadi orang sendiri, seluruh pulau dan isinya ini ang-gaplah tempatmu sendiri. Akan tetapi untuk dapat menikmati tempat kita ini, kau harus lebih dulu mengenal bagian-bagian yang indah, yang berbahaya dan lain-lain. Jangan khawatir, masih banyak waktu untuk kau bermain sepuasmu di dalam taman itu. Di sana terdapat be-berapa pondok kecil yang nyaman dan aku akan minta kepada Nio-nio agar kau diperbolehkan menempati sebuah di an-tara pondok-pondok di taman itu. Aku juga tinggal di sebuah di antara pondok-pondok kecil di sana." Sambil berkata demikian, Ouwyang Lam melirik dengan tajam, ingin raelihat bagaimana reaksi dari gadis itu. Akan tetapi, Siu Bi bersikap biasa saja, hanya ia amat gembira mendengar ini, akan tetapi sama sekali tidak memperlihatkan tanda bahwa ia mengerti akan isyarat dalam ucapan Ouwyang Lam. Memang, ia seorang gadis remaja yang masih hijau, mana ia mengerti akan kata-kata menyimpang itu? Perahu didayung lagi. "Mari ktla se- 1 karang melihat taman air....." ucapan Ouwyang Lam terhenti karena pada saat itu mereka berdua melihat sebuah perahu kecil yang meluncur laju dari depan. Seorang gadis mendayung perahu itu sambil berdiri di tengah perahu, meman-dang kepada mereka dengan mata me-lotot. Heran benar dia mengapa hari ini begitu baik untungnya sehingga matanya sempat melihat lagi seorang gadis yang begini cantik jelita setelah bertemu de-ngan Siu Bi. Adapun Siu Bi sendiri juga kagum karena dalam pandang matanya gadis yang sendirian di perahu itu mem-bayangkan sifat yang gagah sekali dalam kesederhanaan pakaiannya. Perahu mereka kini berhadapan dan kedua fihak menahan perahu dengan ge-rakan dayung. Sejenak tiga orang ini saling pandang, penuh selidik. Ouwyang Lam yang selalu tidak mau melewatkan kesempatan untuk mencari muka dan bermanis-manis terhadap gadis cantik, segera mengangkat kedua tangan ke depan dada memberi hormat sambil tersenyum dan menegur. "Nona, aku Ouwyang Lam tidak per-nah berternu muka denganmu. Agaknya Nona adalah seorang tamu yang hendak mengunjungi Ang-hwa-pai. Kalau memang demikian halnya, dapat Nona bicara de-ngan aku yang mewakili ketua Ang-hwa-pai." Cui Sian .sudah menduga bahwa tentu dua orang ini yang tadi menghina tosu-tosu Kun-lun-pai, sekarang mendengar pemuda itu memperkenalkan nama, ia tidak ragu-ragu lagi. "Aku.seorang pelan-cong, sama sekali tidak ada urusan dengan Ang-hwa-pai atau perkumpulan ja-hat manapun juga!" Sengaja ia menjawab ketus karena memang ia hendak mencari perkara dan memberi hajaran kepada orang-orang muda yang dianggapnya jahat itu. Siu Bi mendengar ini, tak dapat me-nahan tawanya. Memang Siu Bi wataknya aneh. Senang ia melihat gadis itu berani menghina Ang-hwa-pai secara begitu terang-terangan di depan Auwyang Lam, maka ia tertawa, tentu saja mentertawa" kan pemuda itu. Mendengar suara ketawa ditahan ini, Ouwyang Lam mendongkoLi Alisnya yang tebal berkerut dan matanyai memandang galak kepada Cui Sian, akan tetapi karena benar-benar gadis di de-pannya itu cantik jelita, tidak kalah oleh Siu Bi sendiri, dia masih menahan kemarahannya dan mempermainkan senyum pada bibirnya. "Nona yang baik, ketahuilah bahwa telaga ini termasuk wilayah Ang-hwa-pai, jadi kau kini telah berada di dalarn wilayah kami. Karena itu berarti kau sudah menjadi tamu kami, maka tadi aku sengaja bertanya. Andaikata kau hanya pelancong biasa dan tidak mempunyai urusan dengan Ang-hwa-pai, akan tetapi karena tanpa kausadari kau telah men-jadi tamuku, tiada buruknya kalau kita menjadi sahabat." Kembali Siu Bi tersenyum dan meng-ejek, "Wah, kau benar-benar amat sabar dan ramah, Ouwyang-twako!" Kalau Siu Bi mengejek karena me-ngira Ouwyang Lam takut-takut dan jerih, adalah Cui Sian yang menjadi mu-ak perutnya. la lebih berpengalaman atau setidaknya lebih mengenal watak pria daripada Siu Bi yang hijau maka ia dapat menangkap nada suara kurang ajar dalam ucapan Ouwyang Lam. Dengan ketus ia menjawab, "Kau manusia sombong. Kurasa telaga ini adalah buatan alam, bagaimana Ang-hwa-pai berani mengaku sebagai hak dan wilayahnya? 'Eh, bocah, apakah kau yang berani menghina bahkan membunuh tosu dari Kun-lun-pai?" Ouwyang Lam terkejut dan hilang keramahannya. Juga Siu Bi hilang senyumnya. Mereka berdua bangkit berdiri dan memandang Cui Sian dengan curiga. Ka-lau gadis ini datang membela Kun-lun-pai, berarti dia itu musuh! "Kalau betul begitu, kau mau apakah?" teriak Ouwyang Lam. "Apakah kau anak nuirid Kun-lun-pai yang hendak menuntut balas?" ”Aku bukan anak murid Kun-lun-pal juga tidak tahu-menahu tentang permusuh-an kalian dengan Kun-lun-pai. Akan te-tapi kebetulan sekali aku bertemu de-ngan dua orang tosu Kun-lun-pai yang telah kalian hina. Tosu-tosu Kun-lun-pai bukanlah orang-orang jahat, maka kalau kalian sudah berani menghina mereka, kalian benar-benar merupakan orang-orang kurang ajar dan mengandalkan kepandaian. Kalau bicara tentang kegagahan, agaknya aku lebih condong menganggap kalianlah yang bersalah dan jahat." "Heeei, orang liar dari mana datang-datang membuka mulut asal bunyi saja?" Siu Bi berseru marah. "Dua orang tosu bau itu memang kami berdua yang melempar ke dalam air, habis kau mau apa ?”. "Hemmm, aku tidak akan mencampuri urusan orang lain. Akan tetapi aku pun tidak biasa membiarkan orang berlaku sewenang-wenang. Kau menghina dan melempar orang ke air, sekarang aku pun hendak melempar kalian ke dalam air!" "Sombong! Twako, mari kita lempar bocah sombong ini dari perahunya!" Siu Bi menggerakkan dayungnya, diikuti oleh Ouwyang Lam yang bermaksud meroboh-kan dan menawan gadis cantik yang som-bong itu. "Plakkk-plakkkkk!" Siu Bi dan Ouwyang Lam berseru kaget sekali karena dayung mereka ter-tangkis oleh dayung di tangan Cui Sian. Demikian kuat dan hebatnya tangkisan itu sehingga hampir saja Siu Bi dan Ouw-yang Lam tak dapat menahan dan me-lepaskan dayung. Telapak tangan mereka terasa panas dan sakit-sakit. Hal ini sama sekali tak pernah mereka duga karena tadi mereka memandang rendah sekali, dan sesaat mereka kaget dan bingung. Sebelum mereka dapat memperbaiki kedudukan, perahu mereka tertum-buk oleh perahu Cui Sian dan dayung di , tangan Cui Sian secara dahsyat sekali telfih menerjang mereka. Perahu miring, dua orang muda itu hampir terjengkang ,ke belakang dan oleh karena kedudukan yang buruk sekali dan lemah ini, sampaidayung di tangan Cui Sian tak dapat mereka tangkis lagi dan jalan satu-satunya bagi mereka untuk menyelamat-kan diri hanya melempar diri ke bela-kang. Terdengar suara keras dan air memercik tinggi ketika dua orang itu ^terlempar ke dalam air juga perahu mereka telah terbalik! Ouwyang Lam yang pandai berenang itu cepat menyambar lengan tangan Siu Bi yang gelagapan dan menarik gadis itu ke arah perahu mereka lyang terbalik. Karena dayung mereka terlempar dan mereka berada di bawah ancaman dayung Cui Sian, mereka tak dapat berbuat sesuatu kecuali memegangi perahu yang terbalik dengan muka dan kepala yang basah kuyup! "Ketahuilah, aku bernama Tan Cui Sian, bukan anak murid Kun-lun-pai, hanya seorang pelancong yang kebetulan' lewat dan tidak senang melihat kekurang-ajaranmu. Harap kali ini kalian mengang-gap sebagai pelajaran agar lain kali ja-ngan kurang ajar dan sombong lagi." Setelah berkata demikian Cui Sian men-dayung perahunya pergi meninggalkan dua orang yang tak berdaya dan memegangi perahu terbalik itu. "He, manusia curang!" Siu Bi berteriak marah, memaki-maki. "Tunggu aku di darat kalau kau memang gagah dan kita bertanding sampai sepuluh ribu jurus! Tidak bisa kau menghina Cui-beng Kwan Im dan pergi enak-enak begitu saja!"

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Silat Indonesia Download

Silahkan download Cerita Halaman ke 1 Serial Putri Hatum dan Kaisar Putri Harum dan Kaisar Jilid 1 Putri Harum dan Kaisar Jilid 2 dan 3 Putri Harum dan Kaisar Jilid 4 dan 5 Putri Harum dan Kaisar Jilid 6 dan 7 Putri Harum dan Kaisar Jilid 8 dan 9 Putri Harum dan Kaisar Jilid 10 dan 11 Putri Harum dan Kaisar Jilid 12 dan 13 Putri Harum dan Kaisar Jilid 14 dan 15 Putri Harum dan Kaisar Jilid 16 dan 17 Putri Harum dan Kaisar Jilid 18 dan 19 Putri Harum dan Kaisar Jilid 20 dan 21 Putri Harum dan Kaisar Jilid 22 dan 23 Putri Harum dan Kaisar Jilid 24 dan 25 Putri Harum dan Kaisar Jilid 26 dan 27 Putri Harum dan Kaisar Jilid 28 dan 29 Putri Harum dan Kaisar Jilid 30 dan 31 Putri Harum dan Kaisar Jilid 32 dan 33 Putri Harum dan Kaisar Jilid 34 dan 35 Putri Harum dan Kaisar Jilid 36 dan 37 Serial Pedang Kayu Harum Lengkap PedangKayuHarum.txt PKH02-Petualang_Asmara.pdf PKH03-DewiMaut.pdf PKH04-PendekarLembahNaga.pdf PKH05-PendekarSadis.pdf PKH06-HartaKarunJenghisKhan.pdf PKH07-SilumanGoaTengkor

Pendekar Buta 3 -> karya : kho ping hoo

Pada saat rombongan lima belas orang anggauta Kui-houw-pang itu lari mengejarnya, Kun Hong tengah berjalan perlahan-lahan menuruni puncak sambil berdendang dengan sajak ciptaannya sendiri yang memuji-muji tentang keindahan alam, tentang burung-burung, bunga, kupu-kupu dan anak sungai. Tiba-tiba dia miringkan kepala tanpa menghentikan nyanyiannya. Telinganya yang kini menggantikan pekerjaan kedua matanya dalam banyak hal, telah dapat menangkap derap kaki orang-orang yang mengejarnya dari belakang. Karena penggunaan telinga sebagai pengganti mata inilah yang menyebabkan dia mempunyai kebiasaan agak memiringkan kepalanya kalau telinganya memperhatikan sesuatu. Dia terus berjalan, terus menyanyi tanpa menghiraukan orang-orang yang makin mendekat dari belakang itu. "Hee, tuan muda yang buta, berhenti dulu!" Hek-twa-to berteriak, kini dia menggunakan sebutan tuan muda, tidak berani lagi memaki-maki karena dia amat berterima kasih kepada pemuda buta ini. Kun Hong menghentikan langka