Skip to main content

Pendekar Buta 2 -> karya : kho ping hoo

Goloknya bergerak cepat ke leher orang. Dia melihat kilat dari angkasa menyambar-nyambar dua kali, merasa betapa tangan kanannya tergetar, ada tenaga aneh mendorongnya ke belakang sampai lima tindak, wajahnya pucat sekali. Golok itu tinggal gagangnya saja dan di bawah kakinya kelihatan dua buah potongan golok! Adapun si buta tadi masih saja duduk diatas batu memegangi tongkat yang kini dipukul-pukulkan ke atas batu sambil bernyanyi,

"Wahai kasih, aku di sini ..........." Hek-twa-to menggigil, lalu membuang gagang goloknya dan larilah dia menuruni puncak, tak lupa membawa serta bungkusan pakaian yang dirampasnya tadi. Dia melarikan diri seperti dikejar iblis gunung! Dari jauh dia masih mendengar suara si buta bernyanyi-nyanyi dan suara nyanyian ini baginya amat menyeramkan, seakan-akan mengejar, membuat dia memperhebat tenaganya untuk lari.

***

Hari telah siang ketika serombongan orang tergesa-gesa mendaki puncak Lao-san. Lima belas orang ini adalah laki-laki semua, rata-rata bertubuh tegap kuat dengan gerak-gerik yang kasar. Melihat cara mereka mendaki puncak yang amat sukar dilalui itu secara cepat dan cekatan, dapat diduga. bahwa mereka adalah orang-orang yang sudah biasa melakukan perjalanan di gunung-gunung serta memiliki tubuh yang kuat.

Apalagi melihat betapa setiap orang membawa senjata tajam, tergantung di punggung atau di pinggang, Yang berjalan paling depan adalah si muka hitam tinggi besar yang pagi hari tadi bertemu dengan orang muda buta di puncak itu, ialah Hek-twa-to, Si Golok Besar Muka Hitam. Setelah tiba di puncak, di mana si buta tadi duduk bernyanyi, hiruk-pikuklah suara mereka.

"Mana dia si buta, Twako?" bertubi-tubi pertanyaan ini menyerang Hek-twa-to yang menjadi sibuk juga. Bisa celaka dia kalau tidak dapat menemukan orang muda buta tadi. Seperti telah kita ketahui, Hek-twa-to ini tadi lari tunggang-langgang ketakutan setelah dua kali menyerang si buta dia roboh secara aneh.

Dengan napas terengah-engah, dia memasuki hutan di pegunungan sebelah barat di mana kawan-kawannya berada, kemudian dengan hati masih merasa seram dia menceritakan semua pengalamannya. Hek-twa-to ini adalah seorang di antara anak buah atau anggauta perkumpulan Hui-houw-pang (Perkumpulan Harimau Terbang), sebuah perkumpulan golongan hitam (penjahat) yang terdiri khusus para perampok-perampok di Santung. Hui-houw-pang berpusat di Pegunungan Santung dan dikepalai oleh seorang bernama Lauw Teng yang berusia lima puluh tahun bertubuh gemuk pendek dan bermuka kuning.

Pada waktu itu, Hui-houw-pang sedang berada dalam kedukaan karena baru saja mereka kalah berperang melawan musuh lama mereka, yaitu orang-orang Kiang-liong-pang (Perkumpulan Naga Sungai). Banyak di antara mereka yang terluka, malah Hui-houw-pangcu Lauw Teng sendiri juga terluka hebat.

Dalam usahanya untuk membalas dendam, Lauw Teng mendatangkan beberapa orang sahabatnya yang pada waktu itu sudah berkumpul di situ. Ketika mendengar penuturan Hek-twa-to, Lauw Teng amat tertarik, apalagi melihat gerak-gerik Hek-twa-to yang berbeda dengan tadi sebelum bertemu dengan orang buta aneh itu.

"Buka bajumu!" Lauw Teng memerintah. Hek-twa-to tidak mengerti apa maksud perintah ini, namun dia tidak berani membantah dan dibukanya bajunya. Lauw Teng mendekati,meraba dada anak buahnya ini dan mengeluarkan seruan tertahan. "Kau benar manusia tolol!" tiba-tiba dia berseru. "Lukamu telah disembuhkan orang dan kau menganggap dia anak buah musuh. Dia itu seorang ahli pengobatan yang pandai. Kerbau goblok kau! Hayo lekas bawa beberapa orang kawan, cari dia dan suruh ke sini. Siapa tahu dia dapat mengobati kita semua!"

Hek-twa-to kaget dan juga girang ketika dia mendapat kenyataan bahwa memang betul lukanya di dalam tubuh akibat pukulan beracun dari fihak lawan telah sembuh. Bintik merah di dadanya telah lenyap dan tidak ada rasa nyeri sedikit pun juga. Biarpun dia amat terheran-heran bagaimana dan kapan orang mengobatinya namun dia tidak berani banyak bicara lagi, maklum akan watak ketuanya yang amat keras. Dia pun khawatir takkan dapat mencari orang buta itu. Karena inilah, maka dia menjadi sibuk dan bingung ketika dia dan kawan-kawannya tiba di puncak Lao-san dia tak melihat orang muda buta yang tadi.

"Tak mungkin dia bisa pergi jauh," katanya, hatinya berdebar penuh kekhawatiran karena dia tahu bahwa kalau dia tidak dapat membawa si buta itu ke depan ketuanya, dia tentu akan menerima hukuman yang hebat."Seorang buta mana bisa turun dari puncak dengan cepat? Tanpa dibantu tongkatnya dia takkan mampu melangkahkan kaki." Ucapan ini dikeluarkan dengan suara tenang karena dia percaya bahwa orang buta itu pasti belum pergi jauh.

"Hek-twako, jangan pandang rendah orang aneh jtu. Kalau dia bisa naik ke puncak ini tentu juga mampu turun," kata seorang kawannya. Hek-twa-to menjadi pucat mendengar ini.

"Celaka, hayo kita cepat mencarinya. Kita berpencar ke empat penjuru. Aku akan naik ke pohon besar itu untuk melihat dari atas."

Dengan cepat dia lalu lari menghampiri pohon dan sekali mengenjot kedua kakinya, tubuhnya melayang naik ke atas pohon. Hebat juga kepandaian si muka hitam ini. Pantassaja pagi tadi dia lari ketakutan ketika dua kali menyerang si buta, dia sendiri yang kalah

tanpa dapat tahu siapa yang telah mengalahkannya. Siapa yang tidak akan merasa seram? Kepandaiannya cukup tinggi. Apalagi menghadapi seorang pemuda buta, belum tentu dia akan kalah dalam pertempuran. Akan tetapi pagi tadi dia merasa seakan-akan melawan

iblis yang melindungi si buta!

"Heeeii, itu dia di sana. Ha-ha-ha, apa kataku? Dia takkan bisa pergi jauh!" tiba-tiba Hek-twa-to berseru kegirangan sambil meloncat turun dari cabang pohon. Kawan-kawannya yang sudah mulai berpencar mencari ke empat penjuru, mendengar teriakan ini ikut menjadi girang. Mereka juga mengharapkan si tabib buta itu akan dapat menyembuhkan ketua mereka dan dua puluh lebih teman-teman lain yang juga terluka hebat. Setelah Hek-twa-to turun, lima belas orang ini berlari-lari cepat menuruni puncak, dipimpin oleh Hek- twa-to. Betul saja, tak lama kemudian mereka melihat orang muda buta itu.

Dengan tongkatnya meraba-raba dan memukul-mukul ke tanah di depan kakinya, orang buta ini berjalan perlahan-lahan. Buntalan obat tergantung di punggungnya dan dari jauh sudah terdengar suaranya bernyanyi-nyanyi!

Siapakah sebetulnya orang muda tampan yang buta ini? Dia bukanlah seorang sembarangan. Namanya Kwa Kun Hong, putera tunggal dari ketua Hoa-san-pai yang bernama Kwa Tin Siong dan berjuluk Hoa-san It-kiam (Si Pedang Tunggal dari Hoa-san), seorang pendekar gagah perkasa. Ibunya juga seorang tokoh Hoa-san-pai yang kosen berjuluk Kiam-eng-cu (Si Bayangan Pedang). Akan tetapi orang muda buta yang sakti ini sama sekali bukan murid ayah bundanya sendiri. Secara kebetulan dia mewarisi Ilmu Silat Rajawali Emas (Kim-tiauw-

kun), malah akhir-akhir ini dia menerima pula Ilmu Silat Im-yang-sin-hoat dari Si Raja Pedang Tan Beng San ketua dari Thai-san-pai.

Karena inilah, maka biarpun usianya baru dua puluh lima tahun, dia telah mewarisi ilmu kesaktian yang luar biasa. Kwa Kun Hong bukan buta semenjak lahir. Baru saja tiga tahun dia menjadi buta. Dia buta karena secara nekat dia telah mencokel ke luar kedua biji matanya sendiri, akibat penyesalan hatinya karena kekasihnya, puteri ketua Thai-san-pai, telah membunuh diri. Gadis itu telah ditunangkan dengan putera ketua Kun-lun-pai dan telah membunuh diri di depannya karena putus asa dalam cinta kasihnya dengan Kwa Kun

Hong. Semua peristiwa hebat ini dituturkan secara jelas dalam cerita terdahulu yang indah, yaitu Cerita Rajawali Emas.

Demikianlah sedikit riwayat orang muda buta ini untuk memperkenalkannya bagi para pembaca yang belum membaca cerita Rajawali Emas. Semenjak hatinya patah dalam cinta kasih dan kedua biji matanya dia korbankan, pemuda ini lalu merantau, ke mana saja kedua kakinya membawanya. Dia dahulu telah mewarisi ilmu pengobatan dari kitab-kitab kepunyaan Toat-beng Yok-mo (Setan Obat Pencabut Nyawa), maka sekarang dalam perantauannya dia menjadi seorang tabib buta yang selalu siap menolong orang-orang sakit. Tentu saja karena kebutaannya, biarpun dia berkepandaian tinggi, dia tidak dapat melakukan perjalanan cepat. Hanya dapat maju karena bantuan tongkatnya dan kakinya membawanya dari dusun ke dusun, dari kota ke kota dan dari gunung ke gunung.

Dia sengaja tidak pernah mau bertanya kepada orang lain tentang tempat yang akan dia datangi karena memang dia tidak mempunyai tujuan tertentu. Baru sesudah tiba di suatu tempat, dia bertanya dan adalah hal yang mendatangkan kegirangan juga mengetahui sebuah tempat yang sama sekali tak pernah diduga sebelumnya.

Pada sore hari kemarin dia mendaki puncak Lao-san yang pernah dia dengar tentang keindahannya. Semalam suntuk dia berdiam di puncak ini dan biarpun dia sudah tidak dapat mempergunakan kedua matanya lagi untuk menikmati tamasya alam indah, namun dengan perasaannya dia dapat menikmati hawa sejuk dan kehangatan matahari terbit, dengan hidungnya dia dapat menikmati keharuman bunga-bunga dan tetumbuhan yang sedap, dengan telinganya dia dapat menikmati suara merdu dari kicau burung di antara desir angin berdendang dan bergurau dengan daun-daun pohon. Ketika dia duduk bersanjak di puncak Lao-san, khayalnya menciptakan tamasya alam yang agaknya jauh lebih indah daripada kenyataan yang tak dapat dilihatnya lagi itu.

Kwa Kun Hong memang seorang pemuda luar biasa. Ilmu silatnya tinggi sekali, ilmu pengobatannya juga tinggi dan selain dua ilmu ini, dia pun amat pandai dalam hal kesusasteraan, pandai bersajak, bernyanyi, dan tulisan tangannya amat indah. Kalau saja sepasang matanya tidak buta lagi, dia pun merupakan seorang ahli dalam hal ilmu sihir yang pernah dia pelajari dari paman gurunya, yaitu Sin-eng-cu (Garuda Sakti) Lui Bok! Tentu saja biarpun ilmu sihir yang berdasarkan hawa murni dan kekuatan batin ini masih terdapat di tubuhnya, namun dia tidak dapat lagi mempergunakannya karena penggunaan ilmu ini harus melalui pandangan mata! Peristiwa aneh yang dialami Hek-twa-to, sama sekali bukanlah perbuatan iblis atau orang sakti yang melindungi Kun Hong. Pemuda buta ini sendirilah yang mempergunakan kesaktian ilmu silatnya untuk mengalahkan Hek-twa-to dan sekaligus untuk menyembuhkan daripada luka dalam yang mengancam keselamatan nyawanya. Dari peristiwa ini saja dapat dibayangkan betapa hebat pemuda ini. Tidak saja hebat ilmu kepandaiannya, yang lebih hebat lagi adalah pribudinya. Hek-twa-to telah memakinya, menghinanya, bahkan telah menyerangnya dengan niat membunuh. Akan tetapi Kun Hong masih berhati lapang, tidak hanya memaafkan ini semua, malah telah mengobatinya dengan beberapa totokan pada jalan darah di dada sehingga orang kasar itu menjadi sembuh!

Comments

Popular posts from this blog

Modul Pemrograman Berbasis WEB

Ini semua saya ambil dari web poltek ITS untuk di baca dan di amalkan !!! Praktikum WEB 7 Praktikum WEB 6 Praktikum WEB 5 Praktikum WEB 4 Praktikum WEB 3 Praktikum WEB 2 Praktikum WEB 1 Modul CSS Modul HTML Modul MySQL Modul WAP Modul PHP 4 Modul PHP 3 Modul JavaScript Modul PHP 2 Modul PHP 1

Pendekar Buta 38 -> karya : kho ping hoo

Kun Hong mengerahkan seluruh tenaga sakti di dalam tubuhnya. Dia dapat mengusir pengaruh totokan dan jalan darahnya normal kembali, akan tetapi karena pengerahan tenaga ini, gerakannya kurang cepat ketika mengelak dan "craattt!" ujung pedang itu biarpun tidak mengenai lambungnya, masih menancap dan mengiris robek kulit dan daging pada pangkal pahanya bagian belakang! "The Sun keparat jahanan!!" Kun Hong menggereng, tubuhnya menubruk maju, tongkat dan tangan kirinya dikerjakan. Gerakannya cepat laksana kilat menyambar sehingga dia berhasil merampas kembali mahkota dari tangan The Sun, akan tetapi dia tidak berhasil merobohkan The Sun yang cepat menghindar pergi sambil tertawa mengejek. Agaknya pemuda yang ternyata adalah seorang di antara musuh itu telah maklum akan kelihaian Kun Hong dan tidak mau secara ceroboh menyambut serangan tadi. Kun Hong cepat menyimpan mahkota dalam buntalannya lagi dan dadanya penuh hawa amarah, penuh dendam dan penasaran. Ternyata dia tel...

Cerita Silat Indonesia Download

Silahkan download Cerita Halaman ke 1 Serial Putri Hatum dan Kaisar Putri Harum dan Kaisar Jilid 1 Putri Harum dan Kaisar Jilid 2 dan 3 Putri Harum dan Kaisar Jilid 4 dan 5 Putri Harum dan Kaisar Jilid 6 dan 7 Putri Harum dan Kaisar Jilid 8 dan 9 Putri Harum dan Kaisar Jilid 10 dan 11 Putri Harum dan Kaisar Jilid 12 dan 13 Putri Harum dan Kaisar Jilid 14 dan 15 Putri Harum dan Kaisar Jilid 16 dan 17 Putri Harum dan Kaisar Jilid 18 dan 19 Putri Harum dan Kaisar Jilid 20 dan 21 Putri Harum dan Kaisar Jilid 22 dan 23 Putri Harum dan Kaisar Jilid 24 dan 25 Putri Harum dan Kaisar Jilid 26 dan 27 Putri Harum dan Kaisar Jilid 28 dan 29 Putri Harum dan Kaisar Jilid 30 dan 31 Putri Harum dan Kaisar Jilid 32 dan 33 Putri Harum dan Kaisar Jilid 34 dan 35 Putri Harum dan Kaisar Jilid 36 dan 37 Serial Pedang Kayu Harum Lengkap PedangKayuHarum.txt PKH02-Petualang_Asmara.pdf PKH03-DewiMaut.pdf PKH04-PendekarLembahNaga.pdf PKH05-PendekarSadis.pdf PKH06-HartaKarunJenghisKhan.pdf PKH07-SilumanGoaTengkor...