Skip to main content

Pendekar Buta 9 -> karya : kho ping hoo

Serangan ini hebat bukan main karena Hui Kauw mempergunakan jurus daripada ilmu pedangnya yang ia rahasiakan. Ka Chong Hoatsu adalah seorang tokoh besar yang amat lihai, namun dia terkesiap juga menghadapi serangan luar biasa ini, yang bagaikan halilintar menyambar ke arah dadanya. Terpaksa dia melepaskan cengkeramannya pada pundak Kun Hong dan berjungkir balik ke belakang sambil mengibaskan ujung lengan bajunya yang panjang. Hampir terpental lepas pedang di tangan Hui Kauw ketika dikebut oleh ujung lengan baju ini, Akan tetapi Hui Kauw tidak menyerang terus, melainkan terisak-isak dan meloncat jauh, berlari sambil menangis lenyap dalam gerombolan pohon di hutan. Dari jauh masih terdengar suara tangisnya yang kian menghilang.

Kun Hong bersyukur sekali. Dia maklum bahwa gadis itu tadi menyerang Ka Chong Hoatsu dengan maksud menolongnya terlepas daripada cengkeraman yang membuat dia tidak berdaya. Pada saat itu terdengar Loan Ki berseru.
"Bagus, Hong-ko. Jangan takut, aku bantu kau!" Dan gadis ini pun sudah meloncat ke tengah ruangan itu, di depan meja sembahyang, berdiri tegak dengan pedang di tangan di sebelah Kun Hong!

Kembali Kun Hong melengak heran. Bagaimana sih gadis lincah ini? Sebentar membantunya, sebentar mencelakainya, kadang-kadang membelanya, ada kalanya mengkhianatinya. Tadi baru saja mencemooh dan dengan ucapan mengandung suara menghina telah mengejeknya, tetapi sekarang suaranya berbeda sekali ketika menyebut "Hong-ko" dan sekarang malah siap membantunya. Dia benar-benar bingung, apalagi mengingat perbuatan Hui Kauw tadi. Kenapa gadis yang sudah dapat dia kenal watak perangainya yang halus dan murni itu mau saja disuruh bersembahyang sebagai pengantin dengannya, kemudian kenapa pula gadis itu menangis sedih dan malah menerjang Ka Chong Hoatsu untuk menolongnya, setelah itu malah melarikan diri? Benar-benar dia tidak mengerti akan sikap gadis-gadis ini. Akan tetapi dia juga merasa khawatir sekali. Dia maklum betapa lihainya orang-orang di pulau ini dan kepandaian Loan Ki masih jauh daripada cukup untuk menghadapi mereka. Dia sendiri pun belum tentu akan dapat menangkan mereka yang lihai-lihai itu, apalagi Ka Chong Hoatsu si hwesio tua yang tadi mencengkeram pundaknya. Andaikata Hui Kauw tidak lari dan mau membantunya, gadis bersuara bidadari itu memiliki kepandaian hebat dan boleh diandalkan. Tadi saja dengan sekali gebrakan, sejurus serangan gadis itu telah mampu memaksa Ka Chong Hoatsu melepaskan cengkeramannya.
"Orang muda, kau benar-benar sombong. Orang telah memperlakukan kau dengan baik, sungguhpun kau telah menimbulkan keributan. Kau dimaafkan, malah kelakuanmu yang merusak dan mencemarkan nama baik seorang gadis telah dimaafkan, sebaliknya daripada dihukum, kau malah diangkat menjadi mantu. Akan tetapi dengan sombong kau menolak, ini bukansaja merupakan penghinaan terhadap nyonya rumah, akan tetapi juga kau telah menghancurkan perasaan seorang gadis dan kau telah menghina pinceng (aku) pula yang bertindak sebagai perantara! Dosamu bertumpuk dan sekarang pinceng takkan sudi lagi memandang kebutaan matamu atau wajah mendiang gurumu, Yok-mo."
Kun Hong melangkah maju, sengaja agar Loan Ki berada di belakangnya untuk menjaga kalau hwesio yang lihai itu mengirim serangan, jangan sampai Loan Ki menjadi korban. Kemudian dia tersenyum sinis dan menegur, "Lo-suhu, kalau aku tidak salah menduga, kau adalah seorang hwesio, pemeluk Agama Buddha yang luhur dan mulia. Lo-suhu, lupakah kau akan ajaran-ajaran suci dalam kitab- kitab Buddha? Lupakah kau akan ayat-ayat dalam kitab misalnya Dhammapada yang mengingatkan manusia sewaktu hidup akan segala maksiat yang akan merugikan diri sendiri?" Sampai di sini Kun Hong lalu mendongak dan suaranya yang nyaring itu melagukan nyanyian yang merupakan doa dari kitab Agama Buddha.

"Dia yang dapat menahan kemarahan, seperti seorang menahan kaburnya kereta, dialah patut disebut seorang kusir sejati. Kalahkan amarah dengan kasih, tundukkan kejahatan dengan kebajikan, kerakusan dengan kerelaan, dan kebohongan dengan kebenaran."

Sampai di sini Ka Chong Hoatsu sudah tertawa bergelak sehingga Kun Hong menghentikan nyanyiannya.
"Ha-ha-ha-ha, bocah buta masih ingusan, kau berani mengajar pinceng tentang ayat kitab Dhammapada? Ha-ha-ha, seperti orang mengajar ikan tentang renang!"

"Kalau perlu boleh saja, Lo-suhu, Sungguhpun ikan pandai berenang, kadang-kadang dia akan tersesat dan tertarik oleh kemilaunya kotoran-kotoran di permukaan air sehingga tanpa disadari ikan itu akan berenang menentang arus dan menemui kehancurannya."

"Huh, bocah she Kwa. Agaknya kau mengandalkan kepandaianmu untuk bersikap sombong dan kurang ajar di depan pinceng. Hemm, bocah buta, Yok-mo sendiri yang kau sebut sebagai gurumu masih tidak berani memandang rendah kepada pinceng. Majulah dan coba perlihatkan kepandaianmu!"

Akan tetapi Kun Hong tidak bergerak. "Lo-suhu, aku tidak ingin berkelahi dengan siapa pun juga......."

"Ha, kau jerih kepada Ka Chong Ho-atsu?" hwesio itu mengejek.

"Aku pun tidak jerih atau takut kepada siapa pun juga."

"Kalau begitu majulah, hayo perlihatkan kepandaianmu!"

"Lo-suhu, aku tidak ingin berkelahi, hanya ingin supaya aku dan nona ini diperbolehkan pergi dengan aman. Kami tidak bermaksud mengganggu kalian penghuni pulau ini......."

"Tai-su, mengapa berdebat dengan setan kurang ajar itu? Tolong kau tangkap dia untukku, biar puas aku memberi hukuman kepadanya!" kata Ching-toanio dengan suara gemas.

"Bocah Kwa, lihat tongkat!" bentak Ka Chong Hoatsu dan Kun Hong cepat mendorong Loan Ki ke belakang agak jauh karena dia mendengar sambaran angin yang dahsyat sekali menyambar ke arahnya. Bukan main hebatnya serangan ini dan Kun Hong memusatkan pikiran dan perasaannya, mengumpulkan hawa murni dan tenaga dalam di tubuhnya. Dia tahu bahwa angin dahsyat itu menyembunyikan tongkat yang menyambar ke arah pinggangnya. Sengaja dia memperlambat gerakannya dan begitu tongkat itu sudah menyambar dekat, dengan pengerahan ginkang (ilmu meringankan tubuh) dia meloncat ke atas. Tongkat itu mendesing di bawah kakinya, tak lebih dari sepuluh senti jaraknya, namun angin pukulan tongkat itu telah membuat Kun Hong seperti didorong dari bawah sehingga tubuhnya mumbul lagi belasan senti tingginya. Dia makin kagum dan maklum bahwa kali ini dia menghadapi seorang lawan yang luar biasa tangguhnya, malah mungkin tidak kalah lihai kalau dibandingkan dengan lawan yang paling ampuh yang pernah dihadapinya, yaitu tiga tahun yang lalu di puncak Thai-san, si tua bangka Pak Thian Lo-cu, guru dari Si Tangan Maut Bouw Si Ma, orang Mancu yang sekarang hadir di sini. Kekaguman tidak hanya berada di fihak Kun Hong. Juga Ka Chong Hoatsu kagum bukan main. Cara pemuda buta itu menghadapi serangannya tadi benar benar di luar dugaannya, dan cara ini sekaligus membingungkannya karena sama sekali bukan ilmu silat seperti yang pernah dia lihat dimainkan oleh Bu Beng Cu. Memang, Kun Hong tadi tidak menggunakan Kim-tiauw-kun dalam menghadapi penyerangan ini, melainkan mempergunakan sebuah jurus pertahanan dari Ilmu Silat Im-yang-kun-hoat yang dia terima dari Si Raja Pedang Tan Beng San.

Jurus tadi lewat cepat sekali seperti menyambarnya halilintar. Kini Kun Hong sudah berdiri tegak, kaki kanan ditekuk dengan ujung berdiri dan tumit menempel di kaki kiri, tangan kanan yang memegang tongkat ditaruh di depan dada dan tongkatnya tegak lurus ke atas menempel ujung hidung, tangan kiri dengan jari-jari terbuka lurus ke depan seperti menunjuk, seluruh tubuh tak bergerak, semua urat dalam tubuh menegap segenap perhatian dicurahkan ke depan dan sekelilingnya dalam sikap menjaga diri.

Ka Chong Hoatsu juga memasang kuda-kuda, akan tetapi dia meragu, tidak segera menjatuhkan serangannya. Betapapun juga, dia masih sungkan untuk menyerang secara sungguh-sungguh. Dia adalah seorang yang memiliki kedudukan besar dan dipandang tinggi di utara, sejajar dengan Pak Thian Lo-cu, hanya kalau Pak Thian Lo-cu menganut aliran Agama To adalah dia merupakan wakil dari golongan Buddha. Sudah jauh dia merantau, bahkan belasan tahun dia berada di India. Semenjak pulang dari India, dia makin dipandang dan merupakan orang yang paling berkuasa di samping kepala suku di antara bangsanya, yaitu Bangsa Mongol yang sudah kalah perang dan kehilangan kedudukan itu.

Comments

Popular posts from this blog

Modul Pemrograman Berbasis WEB

Ini semua saya ambil dari web poltek ITS untuk di baca dan di amalkan !!! Praktikum WEB 7 Praktikum WEB 6 Praktikum WEB 5 Praktikum WEB 4 Praktikum WEB 3 Praktikum WEB 2 Praktikum WEB 1 Modul CSS Modul HTML Modul MySQL Modul WAP Modul PHP 4 Modul PHP 3 Modul JavaScript Modul PHP 2 Modul PHP 1

Pendekar Buta 38 -> karya : kho ping hoo

Kun Hong mengerahkan seluruh tenaga sakti di dalam tubuhnya. Dia dapat mengusir pengaruh totokan dan jalan darahnya normal kembali, akan tetapi karena pengerahan tenaga ini, gerakannya kurang cepat ketika mengelak dan "craattt!" ujung pedang itu biarpun tidak mengenai lambungnya, masih menancap dan mengiris robek kulit dan daging pada pangkal pahanya bagian belakang! "The Sun keparat jahanan!!" Kun Hong menggereng, tubuhnya menubruk maju, tongkat dan tangan kirinya dikerjakan. Gerakannya cepat laksana kilat menyambar sehingga dia berhasil merampas kembali mahkota dari tangan The Sun, akan tetapi dia tidak berhasil merobohkan The Sun yang cepat menghindar pergi sambil tertawa mengejek. Agaknya pemuda yang ternyata adalah seorang di antara musuh itu telah maklum akan kelihaian Kun Hong dan tidak mau secara ceroboh menyambut serangan tadi. Kun Hong cepat menyimpan mahkota dalam buntalannya lagi dan dadanya penuh hawa amarah, penuh dendam dan penasaran. Ternyata dia tel...

Cerita Silat Indonesia Download

Silahkan download Cerita Halaman ke 1 Serial Putri Hatum dan Kaisar Putri Harum dan Kaisar Jilid 1 Putri Harum dan Kaisar Jilid 2 dan 3 Putri Harum dan Kaisar Jilid 4 dan 5 Putri Harum dan Kaisar Jilid 6 dan 7 Putri Harum dan Kaisar Jilid 8 dan 9 Putri Harum dan Kaisar Jilid 10 dan 11 Putri Harum dan Kaisar Jilid 12 dan 13 Putri Harum dan Kaisar Jilid 14 dan 15 Putri Harum dan Kaisar Jilid 16 dan 17 Putri Harum dan Kaisar Jilid 18 dan 19 Putri Harum dan Kaisar Jilid 20 dan 21 Putri Harum dan Kaisar Jilid 22 dan 23 Putri Harum dan Kaisar Jilid 24 dan 25 Putri Harum dan Kaisar Jilid 26 dan 27 Putri Harum dan Kaisar Jilid 28 dan 29 Putri Harum dan Kaisar Jilid 30 dan 31 Putri Harum dan Kaisar Jilid 32 dan 33 Putri Harum dan Kaisar Jilid 34 dan 35 Putri Harum dan Kaisar Jilid 36 dan 37 Serial Pedang Kayu Harum Lengkap PedangKayuHarum.txt PKH02-Petualang_Asmara.pdf PKH03-DewiMaut.pdf PKH04-PendekarLembahNaga.pdf PKH05-PendekarSadis.pdf PKH06-HartaKarunJenghisKhan.pdf PKH07-SilumanGoaTengkor...